Rabu, 27 Juni 2012

Bunga PadmaKU

      Ketika kita tertegun akan kepergian, entah itu sahabat, rekan, saudara, orang tua atau guru yang selama ini kita jadikan suluh dan panutan.....hmmm perih rasanya didada. Karena kita menyadari akan rasa kehilangan, meski kita sadari pula itu akan pasti terjadi dalam putaran waktu. Namun kenapa kita " Terkadang " masih tidak mau menerima akan hal itu..????, tidak adanya rasa ikhlas, menyadari dan mau menerima keadaan itu. Mungkin disebabkan oleh beberapa sebab dan hal, karena kita " sayang, kasih dan cinta " yang menyebabkan kita belum bisa menerima. Ada juga karena masih banyak yang belum dapat dikerjakan atau diperbuat bersama-sama.
     Tetapi pada dasarnya yang membuat kita terkadang bersedih karena telah terlambat untuk menyadari bahwa kita belum " SIAP " untuk menerima keadaan itu. Selama kita bersama - sama dalam kurun waktu yang telah berlalu yang mestinya kita banyak belajar dari waktu bersama namun pikiran kita yang terbatas hanya mampu memikirkan keadaan sendiri saja rasa" Egois " kita yang telah membutakan dan menutup pikiran dan jiwa kita. Kita hanya sibuk dengan diri sendiri dan melupakan bahwa ada yang lain disekitar kita, yang bisa kita ajak bersama-sama dalam berjalan menempuh waktu. Kita tidak pernah berpikir bahwasanya yang disekitar kita juga yang memberikan dorongan dan motivasi dalam perjalanan hidup kita. Itulah yang sering terjadi dalam hidup ini.
     Kita bingung dan takut dalam mengejar keinginan yang tidak bakalan kesampaian, bingung dan sibuk mengejar harta, takut dan gelisah kehilangan harta sehingga kita melupakan sekitar kita. Banyak saudara, sahabat, rekan dan orang tua yang merasa kesepian karena ditinggalkan mencari dan mengejar impian. Jika impian, cita-cita telah tergapai, malah semakin jauh jarak antara nurani dan rasa. Semakin merasa tidak membutuhkan lagi sekitarnya. 
     Mungkin memang karena umur dunia sudah mulai tua, sehingga kita harus mengimbangi dengan pola hidup yang cerdas. Terkadang kecerdasan pikiran kita telah menutup pintu nurani dan jendela rasa yang ada dalam jiwa kita. Egois yang lebih menonjol dari pada nurani yang bicara dan rasa yang menyentuh, terkadang timbul rasa empati yang berlebihan terhadap keadaan dan sesuatu yang dianggap mengganggu perjalanan diri.
      Hanya penyesalan yang terjadi disaat mata kita telah terbuka lebar bahwasanya yang kita lihat seperti biasanya telah hilang dalam pandangan, suara yang sering kita dengar meski kadang kita tidak hiraukan telang lenyap dalam genderang dan daun telingan kita, ada yang kurang dalam nurani kita dikala semua itu telah hilang dan lenyap bersama api, air dan angin yang telah membawa dengan ringan kembali keasalNYA.
Kepala menunduk lesu, air mata telah kering dipipi, raut muka lelah untuk meratapi semua, dan itu tidak akan mampu mengembalikan keadaan yang telah terjadi. Meski berusaha tegar dan teguh, tapi jiwa dan pikiran telah rapuh karena penyesalan yang tiada tara.
       Baru disadari karena masih banyak yang harus kita lakukan dan kita pelajari, masih banyak yang belum kita dapatkan dari berbagi pengalaman dan ilmu kehidupan, masih belum siapnya diri kita untuk lepas dari gandengan dan genggaman tanganNYA, masih belum siapnya kaki ini untuk melangkah tanpa tuntunanNYA, masih belum matangnya jiwa ini tanpa bimbinganNYA, hanya dapat berharap bergantung dan bisa menyentuh kaki PadmaMU.
      Dalam jiwa dan pikiran kita hanya terbentuk sampai kita berada dalam sentuhan tangan PadmaMU. Itulah yang terkadang kita merasa belum siap untuk sebuah kepergian sahabat, rekan, saudara, orang tua atau guru yang tidak akan pernah kembali lagi.
       Engkau yang telah sempurna dan duduk damai diatas bunga Teratai/Padma, berikanlah kami semua beserta isi dunia kedamaian dan kebahagiaan. Salam hormatku padaMU yang tercinta dan terkasih Ida Bhagawan Putra Swabawa, Amor ring Cintya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar